Kamis, 12 Juli 2012

Sosok Nabi Muhammad

 Sosok Nabi Muhammad
oleh ;
Dede Yusuf
 
 (http://seventine.files.wordpress.com/2011/04/muhammad2.jpg?w=392&h=392)

     Dalam usia muda,  Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan penduduk kota Mekah. Melalui kegiatan pengembalaan ini Ia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana demikian Ia ingin melihat sesuatu dibalik semuanya. Pemikiran dan renungan ini membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga Ia terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda Ia sudah dijuluki al-amin, yang artinya orang yang dapat dipercaya. Nabi Muhammad pun dikenal sebagai sosok yang bijakasana itu dibuktikan ketika perbaikan Ka’bah yang dilakukan secara bergotong-royong oleh penduduk kota Mekah. Dan ketika pada tahap akhir yaitu pada tahap pengangkatan Hajar Aswad untuk diletakan ditempatnya semula timbullah perselisihan. Setiap suku merasa berhak untuk melakukan tugas terakhir dan terhormat itu. Perselisihan semakin memuncak, namun akhirnya para pemimpin Quraisy sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa, akan dijadikan hakim untuk memutuskan perkara ini. Ternyata orang yang pertama masuk itu adalah Muhammad. Ia pun dipercaya menjadi hakim. Ia lantas membentangkan kain dan meletakan Hajar Aswad ditengah-tengan kain itu, lalu meminta seluruh kepala suku memegang tepi kain itu dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai ketinggian tertentu, Muhammad kemudian meletakan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisian dapat diselesaikan dengan bijaksana dan semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesaian seperti itu.
Nabi Muhammad merupakan sosok yang pantang menyerah, itu dibuktikan dengan dakwah Nabi Muhammad yang banyak mendapat gangguan dari kaum kafir Quraisy, namun Nabi Muhammad tetap gigih melakukan dakwahnya dalam rangka menyebarkan agama Islam.
Nabi Muhammad merupakan sosok yang toleransi, Ia menciptakan toleransi antar golongan yang ada di kota Madinah yaitu antara golongan Muhajirin orang-orang yang hijrah dari kota Mekah ke kota Madinah, dan Anshar, penduduk kota Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin. Kecuali toleransi dalam hal Aqidah tidak dibenarkan oleh Nabi Muhammad. Menjunjung tinggi persamaan drajat antara manusia, dengan penekanan bahwa yang menentukan tinggi rendahnya drajat manusia adalah ketaatannya terhadap Allah SWT.

Sumber; 
Amin, S. M. (2010). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Yatim, B. (2008). Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Dakwah Nabi Muhammad di Kota Mekah

Dakwah Nabi Muhammad di Kota Mekah
(Dari Sembunyi-sembunyi Sampai Terang-terangan)
oleh ;
Dede Yusuf
 
     Penyebaran Islam di kota Mekah awalnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah Islam dilingkungan keluarganya, mula-mula Istri dari beliau sendiri, yaitu Khadijah yang menerima dakwah beliau, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib, lalu sahabat beliau Abu Bakar, bekas budak beliau yaitu Zaid dan disamping itu banyak pula orang yang masuk Islam dalam perantara Abu Bakar yang terkenal dengan julukan Assabiqunal-Awwalun.
Kemudian setelah turunnya ayat 94 surat Al-Hijr, Nabi Muhammad mulai berdakwah secara terang-terangan. Namun dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad tidak mudah karena mendapat tantangan dari kaum kafir Quraisy, hal itu timbul karena beberapa faktor diataranya;
  1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan.mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Yang terakhir ini sangat tidak mereka inginkan.
  2. Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
  3. Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
  4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab.
  5. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
     Banyak cara dan upaya yang ditempuh orang Quraisy untuk mengalahkan dan menghentikan dakwah Nabi Muhammad. Namun selalu gagal upaya yang dilakukan oleh kaum Quraisy, baik secara diplomatik dan bujuk rayuan maupun tindakan kekerasan secara fisik. Diawali pertama mereka mengira bahwa, kekuatan Nabi terletak pada perlindungan dan pembelaan Abu Thalib yang amat disegani itu. Karena itu mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan Nabi dengan abu Thalib dan mengancam dengan mengatakan: “kami meminta anda memilih satu diantara dua: memerintahkan Muhammad berhenti dari dakwahnya atau anda menyerahkan kepada kami. Dengan demikian, anda akan terhindar dari kesulitan yang tidak diinginkan. “Tampaknya, Abu Thalib cukup terpengaruh dengan ancaman tersebut, sehingga ia mengharapkan Muhammad menghentikan dakwahnya. Namun, Nabi menolak dengan mengatakan: “ Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan Saya. “Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya itu, kemudian berkata: “Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu”.
Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid bin Mughirah dangan membawa Umarah bin Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan, untuk dipertukarkan dengan Nabi Muhammad. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib: “Ambillah dia menjadi anak Saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bunuh. “Usul langsung ditolak oleh keras oleh Abu Thalib.
Untuk kali berikutnya, mereka langsung kepada Nabi Muhammad. Mereka mengutus Utbah bin Rabiah, seorang ahli retorika, untuk membujuk Nabi. Mereka menawarkan tahta, wanita, dan harta asal Nabi Muhammad bersedia menghentikan dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Muhammad dengan mengatakan: “Demi Allah, biarpun mereka meletakan matahari di tangan kananku dan bulan ditangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini memang atau aku binasa karenanya.
Puncak dari semua itu adalah dengan diberlakukannya pemboikotan terhadap bani Hasyim, yang merupakan tempat Nabi berlindung. Pemboikotan ini berlangsung selama tiga tahun dan merupakan tindakan yang paling melemahkan umat Islam di kota Mekah pada waktu itu.
Pemboikotan itu baru berhenti setelsj beberapa pemimpin Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sungguh suatu tindakan yang keterlaluan. Setelah boikot dihentikan, Bani Hasyim seakan dapat bernafas kembali dan pulang kerumah masing-masing. Namun tidak lama kemudian Abu Thalib, paman Nabi yang merupakan pelindung utamanya, meninggal dunia dalam usia 87 tahun. Tiga hari setelah itu, Khadijah, istri Nabi, meninggal dunia pula. Peristiwa itu terjadi pada tahun kesepuluh kenabiannya. Tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad SAW. Sepeningggal dua pendukung itu, kafir Quraisy tidak segan-segan lagi melampiaskan nafsu amarahnya kepada Nabi. Melihat reaksi penduduk kota Mekah demikian rupa, Nabi kemudian berusaha menyebarkan Islam keluar kota. Namun di Thaif dia diejek, disoraki dan dilempari batu, bahkan sampai terluka dibagian kepala dan badannya.
Untuk menghibur Nabi Muhammad yang sedang ditimpa duka, Allah mengisra’ dan memikrajkan beliau pada tahun ke-10 kenabiaanya itu. Berita tentang Isra dan Mikraj ini menggemparkan masyarakat kota Mekah. Bagi orang kafir, peristiwa ini dijadikan bahan propaganda untuk mendutakan Nabi. Sedangkan, bagi orang yang beriman, peristiwa ini merupak ujian keimanan.
Setelah peristiwa Isra dan Mikraj merupakan suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah di Mekah, dengan datangnya penduduk Yastrib untuk berhaji ke Mekah. Mereka terdiri dari dua suku yang saling bermusuhan, yaitu suku Asu dan Khazraj, yang masuk Isalam dalam tiga gelombang.
Pertama, mereka datang untuk memeluk agama Islam dan menerapkan ajarannya sebagai upaya untuk mendamaikan permusuhan kedua suku tersebut. Dan mereka mendakwahkannya di Yastrib.
Kedua, pada tahun ke-12 kenabian mereka datang kembali menemui Nabi Muhammad dan mengadakan perjanjian Aqabah pertama, ikrar kesetiaan. Kemudian rombongan ini kembali lagi ke Yastrib disertai Mus’ab bin Umair, yan diutus Nabi Muhammad untuk berdakwah bersama mereka.
Ketiga, pada tahun ke-13 kenabian mereka datang kembali kepada Nabi Muhammad, dan memintanya untuk hijrah ke Yastrib. Mereka akan membaiatnya sebagai pemimpin.
Nabi Muhammad pun menyetujui usul merak untuk berhijrah ke Yatrib. Perjanjian ini disebut perjanjian Aqabah kedua, karena terjadi di tempat yang sama. Akhirnya Nabi Muhammad bersama kurang lebih 150 kaum muslimin hijrah ke Yastrib. Ketika sampai di Yastrib sebagai penghormatan terhadap Nabi Muhammad nama Yastrib di ubah menjadi Madianah.
Demikianlah periode Mekah terjadi, dalam periode ini Nabi Muhammad mengalami hambatan dan kesulitan dalam dakwah Islamiyahnya. Dalam periode ini Nabi Muhammad belum berpikir untuk menyusun suatu masyarakat Islamiyah yang teratur, karena perhatian Nabi lebih terfokus pada penanaman teologi atau keimanan masyarakat.

Sumber; 
Amin, S. M. (2010). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Yatim, B. (2008). Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad

Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad
oleh ;
Dede Yusuf
(http://seventine.files.wordpress.com/2011/04/muhammad2.jpg?w=392&h=392)

          Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal atau 20 April 571 M. Nabi Muhammad lahir dari keluarga yang relatif miskin, ayahnya bernama Abdullah putra dari Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya di kalangan sukunya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah.
Tahun kelahiran Nabi Muhammad sering dinamakan dengan tahun gajah, karena ketika itu Raja Yaman Abrahah dengan pasukan gajahnya menyerbu kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah.
Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah, meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada Ibu pengasuh yang bernama Halimah Sa’diyyah, dalam asuhannyalah Muhammad dibesarkan sampai usia empat tahun. Setelah itu kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan Ibu kandungnya. Ketika berusia enam tahun dia menjadi yatim piatu, seakan-akan Allah ingin melaksanakan sendiri pendidikan Muhammad, orang yang dipersiapkan untuk membawa risalah-Nyayang terakhir.
Sementara menurut Husain Haekal, Nabi Muhammad lahir bertepatan pada bulan Agustus 570 M. Dan sumber lain pun mengatakan bahwa Nabi Muhammad menjadi yatim piatu pada usia delapan tahun.

Sumber; 
Amin, S. M. (2010). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Yatim, B. (2008). Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.