Sosok Nabi Muhammad
oleh ;
Dede Yusuf
(http://seventine.files.wordpress.com/2011/04/muhammad2.jpg?w=392&h=392)
Dalam
usia muda, Muhammad hidup sebagai
pengembala kambing keluarganya dan penduduk kota Mekah. Melalui kegiatan
pengembalaan ini Ia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana
demikian Ia ingin melihat sesuatu dibalik semuanya. Pemikiran dan renungan ini
membuatnya jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi, sehingga Ia terhindar dari
berbagai macam noda yang dapat merusak namanya, karena itu sejak muda Ia sudah
dijuluki al-amin, yang artinya orang
yang dapat dipercaya. Nabi Muhammad pun dikenal sebagai sosok yang bijakasana
itu dibuktikan ketika perbaikan Ka’bah yang dilakukan secara bergotong-royong
oleh penduduk kota Mekah. Dan ketika pada tahap akhir yaitu pada tahap
pengangkatan Hajar Aswad untuk diletakan ditempatnya semula timbullah
perselisihan. Setiap suku merasa berhak untuk melakukan tugas terakhir dan
terhormat itu. Perselisihan semakin memuncak, namun akhirnya para pemimpin
Quraisy sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa,
akan dijadikan hakim untuk memutuskan perkara ini. Ternyata orang yang pertama
masuk itu adalah Muhammad. Ia pun dipercaya menjadi hakim. Ia lantas
membentangkan kain dan meletakan Hajar Aswad ditengah-tengan kain itu, lalu
meminta seluruh kepala suku memegang tepi kain itu dan mengangkatnya
bersama-sama. Setelah sampai ketinggian tertentu, Muhammad kemudian meletakan
batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisian dapat diselesaikan
dengan bijaksana dan semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesaian
seperti itu.
Nabi
Muhammad merupakan sosok yang pantang menyerah, itu dibuktikan dengan dakwah
Nabi Muhammad yang banyak mendapat gangguan dari kaum kafir Quraisy, namun Nabi
Muhammad tetap gigih melakukan dakwahnya dalam rangka menyebarkan agama Islam.
Nabi
Muhammad merupakan sosok yang toleransi, Ia menciptakan toleransi antar
golongan yang ada di kota Madinah yaitu antara golongan Muhajirin orang-orang yang hijrah dari kota Mekah ke kota Madinah,
dan Anshar, penduduk kota Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut membantu
kaum Muhajirin. Kecuali toleransi dalam hal Aqidah tidak dibenarkan oleh Nabi
Muhammad. Menjunjung tinggi persamaan drajat antara manusia, dengan penekanan
bahwa yang menentukan tinggi rendahnya drajat manusia adalah ketaatannya
terhadap Allah SWT.
Sumber;
Amin, S. M. (2010). Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Yatim, B. (2008). Sejarah Peradaban Islam Dirasah
Islamiyah II. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar