Metode Dan Sumber Sejarah
oleh ;
Dede Yusuf
A.
Metode Ilmiah Sejarah
Metode sejarah ialah rekonstruksi
imajinatif tentang gambaran masa lampau peristiwa-peristiwa sejarah secara
kritis dan analitis berdasarkan bukti-bukti dan data peninggalan masa lampau yang
disebut sumber sejarah. Prosedur kerja sejarawan untuk menuliskan kisah masa
lampau itu, terdiri atas langkah-langkah berikut : (1) Mencari jejak-jejak masa
lampau; (2) Meneliti jejak-jejak itu secara kritis; (3) Berdasarkan informasi
yang diperoleh dari jejak-jejak itu berusaha membayangkan bagaimana gambaran
masa lampau; dan (4) Menyampaikan hasil-hasil rekonstruksi imajinatif dari masa
lampau itu sehingga sesuai dengan jejak-jejaknya maupun dengan imajinasi
ilmiah. Prosedur itulah yang disebut metode sejarah.
Pemahaman tentang sumber sejarah ini
selain akan menjelaskan pengertian tentang sumber sejarah sebagai suatu
istilah, juga klasifikasi sumber maupun jenis-jenisnya. Dan akhirnya perlu
dikemukakan beberapa contoh sumber sejarah yang meliputi : (1) Metode ilmiah;
(2) Klasifikasi sumber sejarah; (3) Kritik sumber sejarah; (4)Beberapa contoh
tentang sumber sejarah.
1.
Metode
Ilmiah Sejarah
Sumber
sejarah ialah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi
tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Prosedur untuk menguji dan
mengkaji kebenaran rekaman dan peninggalan-peninggalan masa lampau dengan
menganalisis secara kritis bukti-bukti dan data-data yang ada sehingga menjadi
penyajian dan cerita sejarah yang dapat dipercaya, disebut metode ilmiah
sejarah. Jadi metode ilmiah dalam sejarah bertujuan untuk memastikan dan
memaparkan kembali fakta-fakta masa lampau berdasarkan bukti-bukti dan
data-data yang diperoleh sebagai peninggalan masa lampau.
Rekaman
sejarah atau sejarah sebagai rekaman terdiri dari rekaman sebagian kecil
sejarah sebagai aktualitas. Dari yang pernah terjadi sebagaimana keadaan yang
sebenarnya pada masa lampau hanya terekam sebagian kecil dari sumber-sumber
sejarah, karena tidak semua peristiwa yang pernah terjadi pada masa lampau
mendapat perhatian dan diteliti. Sebagian dari yang pernah diamati pada masa
lampau tersimpan dalam
memori hanya
sebagian yang ada dalam memori telah terekam; hanya sebagian dari rekaman itu
meninggalkan bekas; hanya sebagian dari bekas itu menarik perhatian sejarawan;
dari yang menarik perhatian itu hanya sebagian yang dapat dipercaya; hanya
sebagian yang dapat dipercaya itu dapat memberi informasi, yang hanya sebagian
saja dapat diterangkan atau diceritakan.
Sejarah
yang diceritakan dalam tulisan atau lisan hanya merupakan ungkapan sejarawan
dari bagian yang dapat dimengerti dari bagian yang dapat dipercaya dari bagian
rekaman sejarah yang ditemukan itu tidak dapat dijamin sebagai bagian yang
paling penting, paling representatif, atau paling langgeng.
Untuk
sampai pada penyusunan cerita sejarah, yang terdiri dari sejarah serba tafsir,
harus melalui tiga proses. Pertama,proses
teoritis, yang mengacu pada prinsip-prinsip yang melandasi pemecahan masalah
secara teoritis untuk mendekati atau mencapai kebenaran sejarah.Kedua, proses metodologis, yang
mencarikan dan menunjukkan jalan untuk menemukan kebenaran sejarah tersebut.
Dan ketiga, proses teknis, yaitu
kemahiran-kemahiran tertentu untuk menggunakan alat-alat dalam penelitian untuk
memperoleh atau mendekati kebenaran sejarah.
Ketiga
proses tersebut berlangsung dalam penelitian sejarah dengan menggunakan metode
sejarah. Yang disebut metode sejarah, dengan demikian, ialah proses menguji dan
menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau2.
Dengan menunjuk proses itu diperoleh data sejarah melalui penelitian terhadap
evidensi-evidensi di dalam sumber-sumber sejarah. Kemudian diperoleh
fakta-fakta sejarah untuk ditafsirkan menjadi cerita sejarah, yang melukiskan
gambaran tentang masa lampau. Tafsiran tersebut ialah hasil rekonstruksi
melalui proses pengujian dan penelitian secara kritis terhadap sumber-sumber
sejarah. Rekonstruksi imajinatif ini disebut histriografi (penulisan sejarah).
Untuk memperoleh pengetahuan
sejarahyang benar, harus digunakan sumber sejarah yang benar pula. Penggunaan
sumber-sumber sejarah itu harus menghasilkan ketentuan-ketentuan tentang
kejadian peristiwa-peristiwa pada masa lampau, yaitu tentang sejarah sebagai
kenyataan. Untuk merekonstruksi sejarah dalam wujud gambaran yang hidup dan
menarik diperlukan imajinasi, tetapi imajinasi itu terikat oleh bukti-bukti
peninggalan sejarah yang ditemukan dan etika untuk mencari kebenaran sejarah,
tidak
bebas
seperti imajinasi dalam sastra untuk menciptakan fiksi dalam cerita roman.
Kendati sejarawan harus dijiwai etos
mencari kebenaran, ia tidak mungkin mengkorespondensikan atau membuat sama
sejarah serba subjek dengan sejarah sejarah serba objek.
Metode sejarah yang merupakan bagian
sangat penting dari teori untuk mengetahui ialah pendekatan (approach) kepada kebenaran sejarah.
Sejarah sebagai realitas (history as
reality) atau sejarah sebagai kenyataan adalah sejarah serba objek, yang
pada hakikatnya dijadikan objek penelitian.
Dalam sejarah objek sudah lenyak
tenggelam dalam masa silam dan hanya dapat dihubungi melalui peralatan
sumber-sumber sejarah. Objeknya, dengan demikian, tersembunyi di balik sumber
sejarah.
Setelah dengan teknik penelitian
secara tertentu dipunguti fakta-fakta sejarah, kemudian diadakan penanggapan
terhadap fakta-fakta sejarah tersebut untuk memperoleh arti dan maknanya.
Selanjutnya seleksi atau penyaringan fakta-fakta, yaitu memilih fakta-fakta
yang relevan dan diperlukan. Setelah itu masih harus diadakan interpretasi atau
penafsiran fakta-fakta untuk melakukan rekonstruksi imajinatif masa lampau
dengan memberi berbagai fungsi pada fakta-fakta itu dalam pertelaan sejarah
berupa cerita sejarah yang bermakna (significant
atau meaningful). Dalam cerita
sejarah masih harus dijelaskan fungsi genetis (asal-mula jadinya), evolusional,
dan kausal. Kejadian peristiwa-peristiwa harus diterangkan mengenai apa, siapa,
di mana, kapan, bagaimana, mengapa, sebab apa )what, who, when, where, how,
why).
Dari sumber-sumber sejarah itu
dipunguti fakta-fakta sejarah, tetapi fakta-fakta sejarah itu tidak tersedia
dengan begitu saja dan siap untuk dipunguti. Kemudian dibuat sintesis sejarah
dalam rekonstruksi imakinatif masa lampau yang diselidiki. Ilmu sejarah
bertugas untuk mengerti, memahami, dan menghayati masa lampau dengan memberi
bentuk kepada kenyataan-kenyataan dalam masyarakat manusia pada masa lampau.
Ilmu sejarah berusaha memperoleh kebenaran mengenai peristiwa-peristiwa yang
pernah terjadi di dalam masyarakat manusia pada masa lampau.
2.
Klasifikasi
Sumber Sejarah
Dalam Sejarah terdapat bahan-bahan asli untuk
membentuk pengetahuan sejarah. Bahan- bahan tersebut berupa rekaman – rekaman
sejarah. Dalam bahasa Jerman ada istilah Quellenkunde,
yaitu pengetahuan tentang sumber – sumber sesuatu yang secara langsung dan
tidak langsung.
Menurut bentuknya klasifikasi sejarah dibedakan
menjadi tiga, yaitu: Pertama, Sumber
Dokumenter (berupa bahan dan rekaman sejarah dalam bentuk tulisan). Kedua, Sumber Korporal (berwujud benda
seperti bangunan, arca, fosil, dan sebagainya). Ketiga, Sumber Lisan (terdiri dari sejarah lisan).
Menurut Jan Romein, Sumber sejarah dibagi menjadi
sumberlangsung dan sumber tidak langsung.
Sumberlangsung dibagi lagi ke dalam peninggalan disengaja dan
peninggalan tidak disengaja. Peninggalan yang disengaja diwariskan dengan
tujuan untuk tanda peringatan kepada generasi penerus. Sementara Peninggalan yang
tidak disengaja dibagi menjadi lima kategori, yakni: Pertama, bekas manusia (fosil-fosil). Kedua, bekas sisa-sisa bangunan. Ketiga, sisa-sisa keadaan masyarakat. Keempat, peninggalan bahasa.
Kelima, tulisan-tulisan berupa bukti pembayaran, daftar barang, buku harian,
dan lain-lain.
Sumber tidak langsung atau sumber sejarah bercerita,
juga disebut tradisi yang terbagi atsa tradisi berwujud rupa, tulisan, dan
lisan. Tradisi lisan terdiri dari cerita naluri yang diwarisakan atau yang
dituturkan turun temurun dalam bentuk sage, mitos, legenda, dan sebagainya.
Berita lisan tentang peristiwa sejarah termasuk sejarah oral.
Kronik , biografi, autobiografi dan memoir merupakan
bentuk-bentuk peralihan kepada karya-kaya sejarah yang sebenarnya, yang biasa
dibagi menjadi dua macam. Pertama,
sejarah modern atau sejaraha kontenporer (contemporary or current history),
yaitu yang menceritakan masa yang didalam dan masa dekat sebelumnya. Kedua, sejarah yang tersusun berdasarkan
pada hasil penelitian terhadap sumber- sember sejarah.
Disamping sumber sejarah juga sering disebut
literatur atau kepustakaan sebagai kategori tersendiri.
Suatu tulisan mengenai subjek tertentu dalam sejarah
berfungsi sebagai sumber sejarah. Sumber sejarah yang asli disebut “Sumber
Primer” sedangkan yang berisi bahan-bahan asli yang sudah digarap disebut
“Sumber Sekunder”.
Sumber sejarah memuat rekaman ingatan umat manusia
mengenai pengalaman-pengalaman dari masa lampau,.dengan adanya rekaman
sejarah itu ingatan tersebut dapat diawetkan. Dengan demikian di
dalam sejarah diawetkan kumpulan pengalaman kolektif umat manusia yang
berakumulasi (accumulated collective
memory on mankind).
Peristiwa-
peristiwa dalam masyarakat manusia telah terjadi lenyap untuk selama-lamanya
dalam masa lampau. Kadang-kadang hanya meninggalkan jejak-jejak yang hanya
sedikit. Dan sebagian kecil diantaranya telah melakukan observasi. Rekaman
sejarah sebagian besar ditemukan dalam bentuk fragmentaris (sebagian-sebagian
atu sepengalan-sepenggalan) dan tidak lengkap. Kenyataan ini sering terjadi,
mengingat sejarah yang berlangsung beribu-ribu tahun masih belum mengenal alat
percetakan buku. Buku sejarah modern jumlah rekamannya menjadi sangat besar.
Misalnya dokumen sejarah mengenai Perang Dunia II jumlahnya berpeti-peti jika
dijejerkan akan betapa panjangnya. Kendantipun demikian rekaman-rekaman sejarah
didalamnya masih belum lengkap. Rekaman sejarah itu tidak lengkap dan tidak
mungkin lengkap karena keterbatasan kemampuan manusia. Bahkan panitia yang
bagaimana pun besarnya tidak akan dapat membaca dan meneliti dokumen tersebut.
3.
Kritik Sumber Sejarah
Untuk membuat rekonstuksi imajinatif masa lampau
sejarawan harus harus mencari dan mengumpulkan sumber sejarah untuk meneliti
isinya. Diperlukan bantuan beberapa cabang ilmu. Dalam rekonstruksi imajinatif
sejarah dibuat gambaran yang terdiri dari anggapan-anggapan mengenai
gejala-gejala sejarah yang didapat dari evidensi-evidensi yang ditemukan di
dalam sumber-sumber sejarah. Data yang terdapat dalam evidensi-evidensi
tersebut harus di uji secara kritis kebenarannya. Proses intelektual dalam
menyusun gambaran sejarah melalui tiga taraf. Laboratorium yang lazim bagi
sejarah perpustakaan dan alat yang paling bermanfaat disitu ialah katalogus(
Henry S, Comamager. The nature and study
of history :24) dalam taraf pertama diadakan pengumpulan informasi debgan
didahulukan eksplorasi integrasi intelektual data yang terkumpul melalui
penilaian secara kritis dan akhirnya dalam taraf ketiga yaitu taraf informasi
disusun rekonstuksi sejarah.
Tiga
tahap dalam pekerjaan menyusun gambaran sejarah
mencakup empat kegiatan yaitu: Pertama,
pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan, setelah ekspolorasi
literatur. Kedua, setelah menemukan
sumber sejarah yang diperlukan harus
menentukan:
1.
Apakah sumber
sejarah itu otentik atau jika otentik untuk sebagian, berapa bagiankah yang
otentik
2.
Berapa banyak
bagian otentik itu dan sejauh mana dapat dipercaya
dengan demikian diadakan seleksi atau penyaringan data
untuk menyingkirkan bagian-bagian bahan sejarah yang tidak dapat dipercaya.
Ketiga, memecahkan masalah yang lebih berat, yaitu menyusun
fakta-fakta sejarah dalam historiografi. Keempat,
mengadakan sintesis sejarah, yaitu menafsirkan fakta sejarah dalam
historiografi untuk mewujudkan cerita sejarah.
Dalam
metode penelitian sejarah kegiatan pertama disebut Heuristik. Kegiatan kedua disebut kritik sumber yang didasari etos
ilmiah yang menginginkan menemukan atau mendekati kebenaran. Dalam kegiatan
ketiga diadakan penafsiran terhadap arti fakta-fakta sejarah (ammusung) dan
kegiatan keempat ialah historiografi untuk menyajikan gambaran sejarah
(Darstellung). (Bernsheim, Lehrbuch 1889:781) dalam pada itu
berkenaan dengan kritik sumber juga ada dua macam yaitu:
Pertama, kritik ekstern atau kritik luar
untuk menilai otentisitas sumber sejarah. Sumber yang otentik tidak mesti harus
sama dengan sumber dan isi tulisan dalam dokumen harus sembunyi dan sama dengan sumber aslinya, baik menurut
isinya yang tersurat maupun yang tersirat.
Kedua, kritik intern atau kritik dalam
untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan
pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan
kesaksian-kesaksian didalam sumber dengan kesaksian dari sumber lain.
Metode
kritik sumber ini dirintis oleh sejarawan jerman yang berasal dari denmark,
yaitu Barthold George Niebuhr (1746-1831). Leopold von Ranke (1795-1886)
berusaha nmenuliskan sejarah yang objektif dan beranggapan bahwa sejarah harus
menuturkan fakta-fakta sebagaimana keadaan yang sebenarnya. Fakta-fakta sejarah
tersebut harus dapat berbicara sendiri, tidak boleh dilebihi dan tidak boleh
dikurangi (Notosusanto, Norma2 ,1997:5)
Dalam
penelitian terhadap bahan dan bentuk sumber sejarah melalui kritik ekstern di
persoalkan antara lain hal
1.
Dari bahan apa dokumen
itu dibuat, apakah dari batu, logam, kayu, bambu, papirus, perkamen, kain
sutera, kertas, dan sebagainya.
2.
Dengan alat apa
tulisan itu dibuat apakah dengan pahat, benda runcing, atau yang lain.
3.
Aksara apa yang
digunakan dan bagaimana bentuk huruf-hurufnya
4.
Bahasa apa yang
digunakan dan dalam bentuk apa beritanya disajikan (Dasuki, sejarah 1974:29)
4.
Beberapa Contoh Sumber Sejarah
Beberapa contoh sejarah misalnya, naskah yang
tertulis atau dokumen, jika sebuah dokumen itu asli maka kertas dan tinta harus
sejaman dengan bentuk tulisan tersebut (yaitu bentuk huruf-huruf dalam tulisan,
gaya bahasa dan aturan tata bahasanya), maka dokumen ini telah bisa diselidiki
secara ilmiah.
Selanjutnya prasati, prasasti tidak dapat diselidiki
oleh sembarang orang, melainkan oleh para epigrafyang faham bahasa sansakerta,
jawa kuno, dan sebagainya. Prasasti
merupakan piagam resmi dari seorang raja atau pejabat kerajaan. Prasati
merupakan sumber sejarah kuno Indonesia yang sangat penting karena banyak
dipercaya dan diteliti oleh epigraf. Prasati artinya adalah ucapan-ucapan
pujian dan kemudian di artikan perintah raja. Prasasti biasanya dibuat di batu
atau lempeng logam. Maksud membuat prasasti adalah sebagai pengesahan terhadap
tindakan kerajaan. Isinya yang lengkap adalah:
1. Sreing
memuat nama raja, gelar dan nama kerajaaan.
2. Biasanya
berangka tanggal dan tahun, dalam tarikh syaka, ada juga prasati yang berangka
tahun namun dapat diperkirakan dari bentuk aksaranya.
3. ada
bagian alas an atau motivasi mengapa dibuat prasati ini bagian ini disebut
sambadhadan penting karena memuat:
a. nama
para pendeta atau punggawa yang melaksanakan perintah raja.
b. penjelasan
mengenai peristiwa.
c. nama
para saksi.
d. mantera-mantera
untuk memuja dewa.
e. keterangan
tentang upacara yang berhubungan dengan peristiwa
4. hadiah-hadiah
yang diberikan
5. sumpah
atau kutukan pada setia pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan
dalam prasati.
Huruf dalam tulisan prasati berasal
dari aksara india, yang ditiru oleh bangasa india dari bangsa arema, tapi
perbedaannya aksara arema ditulis dari kanan ke kiri sedangkan aksara india
ditulis dari kiri ke kanan. Prasasti-prasasti yang telah diteliti dan hasil
penelitiannya diterbitkan dalam kumpulan tulisan antara lain oleh:
1. Dr.
A.B cohen Stuart, Kawi Oorkonden.
2. Dr.
J.L.A Brandes, “Oud-Javaanschee Oorkonden” dalam Verhandelingen Bataviasch
Genottschap Deel LX, 2-destuk, 1913.
3. Dr.
H. Kern, Verspreide Geschrnten.
4. Oudheidkundige
verslag (laporan lawatan purbakala)
5. Dr.
J.G De Casparis, prasasti Indonesia jilid I dan II
6. Dr.
K. Goris, Prasasti bali jilid I dan II
Penerbitan-penerbitan tersebut termasuk
literature tentang prasasti Indonesia dan merupakan sumber sejarah bagi mereka
yang tidak mampu menggunaka sumber aslinya.
Suatu cara paling sederhana untuk dapat membuat tulisan batu lebih jelas
dengan cara dibasahi. Ada beberapa prasasti yang tidak dapat di angkut dari
tempatnya maka prasasti itu dibuat tiruannyadalam kertas tebal disebut
ablatsch.
Di Eropa dan Asia Barat daya
naskah-naskah kuno di buat dari perkamen yang bahannya terbuat dari kulit yang
masih ada dalam pergamus. Perkamen berasal dari nama kota pergamun atau
pergamus. Warna dari pergamen ada yang putih, purple dan violet. Ada pula yang dari
kertas perkamen atau tiruan perkamen. Dan ada juga di Indonesia naskah yang
terbuat dari lontar.
Persoalan teknis dalam kritis sumber sejarah
mengenai penelitian isinya harus juga di pecahkan tentang bahasanya, susunan
kaliamat , gaya bahasa dan yang lainnya. Setelah dikumpulkan fakta sejarah dari
pemungutan sumber-sumber sejarah, harus memecahkan persoalan yang lebih berat
yaitu bagaimana menyajikan sintesis dalam pertelaan sejarah yang diwujudkan ke
dalam sejarah sebagai kisah.didalam Aunassung, masalajh ini mulai dipecahkan
dengan mengadakan tafsiran terhadap makna fakta-fakta sejarah yang diseleksi
atau di saring dan setelah itu menyusun konsep.
Dalam Darstellung atau historiografi diadakan sintesis sejarah.peristiwa-peristiwa
sejarah digambarkan melalui tafsiran-tafsiran terhadap fakta-fakta sejarah yang
telah didapat melalui pemrosesan dalam aunassug.
Menurut Gottschalk, penafsiran sejarah mempunyai tiga aspek penting yaitu:
1. Analitis-kritis
menganalisis struktur-struktur interen, hubungan antara fakta dan gerak
dinamika sejara.
2. Historis-Subtantif
menyajikan suatu uraian prosesual dengan dukungan dengan fakta yang cukup
sebagai ilustrasi.
3. Social-Budaya
memperhatikan manifestasi insanidalam interaksi dan interelasi social-budaya.
Maka penulisan sejarah harus ditunjukan pada empat
sasaran sejarah:
1. Detail
fakta yang akurat
2. Kelengkapan
fakta yang cukup
3. Penyajian
bahasa yang terang dan halus]
4. Struktur
penulisan yang logis.
Sejarah menelaah dan mengkaji dan mengkaji
kenyataan-kenyataan social-busaya pada masa lampau dan berusaha mengadakan
pendekatan secara holistiskepada objek kajian sambil meneliti aspek-aspek yang
kurang diperhatikan oleh peneliti lainnya.
Dalam kerja ilmiah sejarah siadakan
pelacakan bekas-bekas sejarah, yang dalam bahasa jerman geschictiorschung atau
dalam bahasa belanda disebut gescihedvorsing
dan dalam bahasa inggris disebut historical
research. Setiap historiografi mutlak dikuasi oleh geschichtiorschung tertentu, yang harus disediakan groundwork atau
kerja yang mendasari penulisan sejarah. Ada sejarah serba teknik atau yang
disebut metode sejarah dan ada pula sejarah yang sdisusun dalam historiogradi
atau disebut tafsiran sejarah.
Fakta-fakta sejarah yang ditafsirkan
didalam penulisan sejarah semestinya harus fakta-fkta sejarah yang objektif.
Penulis sejarah tidak boleh membuat sejarah sendiri yang imajinasinya
fakta-fakta sejarah menurut imajinasinya sendiri.fakta sejarah yang objektif
itu di dapat dari penelitian terhadap sumber-sumber sejarah dengan penelitian
yang cermat dan kritis. Penelitian harus dilakukan dengan kejujuran yang
dijiwai etos ilmiah untuk mendekati kebenaran. Ilmu menuntuk kebenaran tanpa
memihak.. mengenai fakta-fakta sejarah yang ditafsirkan dalam historiografi
harus mutlak ada kesempatan objektifitas di antara para ahli yang kompeten.
Cerita sejarah bisa berbeda-beda. Disini berpengaruh berbagai subjektifitas
yang juga menuntukan perbedaan visi sejarah atau pandangan sejarah. Inilah
antara lain yang memberikan karakteristik kepada penulisan sejarah dan cerita sejarah
yang dihasilkan. Masalah interpretasi fakta-fakta merupakan masalah terpenting
dalam historiografi.fakta-fakta sejarah harus ditempatkan menurut fungsi
tertentu dalam koligasi (colligation) atau
saling hubungan.dalam pelajaran sejarah menggunakan sejarah yang sudah dapat
diakui dan diterima kebenarannyaseperti dalam buku-buku standar pelajaran
sejarah dalam buku tersebut dinamakan “sejarah yang telah diakui” atau dalam
bahasa inggris “accepted histoty”
sejarah itu dapat berbeda-beda dalam arah ekonomi, social, politik dan
sebagainya, tetapi fakta sejarah tidak boleh dipalsukan atau di putar balikan.
Sumber Buku ; Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan ( Ismaun )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar