SUNDA KELAPA SEBAGAI BANDAR DI JALUR SUTRA: LAPORAN PENELITIAN
(ANALISIS BUKU)
(ANALISIS BUKU)
oleh;
Dede Yusuf
A. Tentang Buku
Judul : Sunda Kelapa sebagai bandar di jalur sutra: laporan penelitian
Penulis : Supratikno Raharjo, M. P. B. Manus, Pius Suryo Haryono
Tahun Terbit : Jakarta, 1996
Penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
Jumlah Hal. : 67 halaman
Penulis : Supratikno Raharjo, M. P. B. Manus, Pius Suryo Haryono
Tahun Terbit : Jakarta, 1996
Penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
Jumlah Hal. : 67 halaman
B. Deskripsi Buku
Sejak abad
IV, nama Sunda Kelapa sudah dikenal sebagai kota pelabuhan. Namun, perannya di
kawasan pantai utara Jawa semakin penting pada abad IX hingga XV. Menurut
naskah-naskah kuno, nama bandar ini adalah Kalapa, tetapi para pelaut Portugis
menyebutnya Sunda Kelapa. Letaknya di Teluk Jakarta, terlindung oleh
pulau-pulau dalam gugusan Kepulauan Seribu. Secara alamiah, keadaan ini amat
menguntungkan untuk sebuah bandar. Kapal-kapal dapat berlabuh dengan tenang dan
aman. Selain itu, posisinya yang berada di muara sungai amat strategis, karena
dapat mempercepat hubungan pelayaran serta perdagangan antara daerah pesisir
dan pedalaman.
Inilah
bandar terbaik yang dimiliki Kerajaan Sunda (Hindu) Padjajaran. Sebagai
pelabuhan utama yang menguasai industri hilir hingga hulu, Sunda Kelapa menjadi
pusat penyalur hasil produksi dari pedalaman maupun dari bandar-bandar lainnya,
dan kemudian mendistribusikannya ke luar negeri melalui jaringan
perdagangan dan pelayaran internasional. Pelabuhan yang termasuk dalam
jalur sutera laut ini selalu dikunjungi para pedagang dari mancanegara. Kota
pelabuhannya pun dikenal tertib dan teratur. Bahkan telah memiliki pengadilan
yang lengkap, berikut dengan hakim dan paniteranya.
Pada 1526,
Sunda Kelapa dikuasai oleh Kerajaan Demak-Cirebon yang sebelumnya telah
menduduki Banten. Pada masa itu namanya menjadi Jayakarta. Kedudukannya sebagai
bandar terbesar dan terpenting perlahan-lahan mulai memudar karena digantikan
oleh Banten. Secara politis maupun ekonomis, peranan bandar ini pun menjadi
tenggelam, namun tetap diperhitungkan sebagai daerah penyangga Banten.
Pelabuhan ini tetap disinggahi kapal yang membutuhkan bahan makanan dan air
minum.
Keadaan
pelabuhan ini menjadi hidup kembali saat VOC menguasai bandar ini. Setelah melihat
tempat-tempat yang tepat sebagai titik temu kegiatan perdagangan di Asia, dari
Koromandel sampai Cina, perusahaan dagang Belanda ini menjatuhkan pilihan ke
Jayakarta. Maka pada 1619 , Jayakarta berubah menjadi Batavia. Di tempat ini
kemudian dibangun pusat militer dan administrasi VOC. Sejak itu, Batavia
menjadi kota pelabuhan yang berkembang pesat dan dihuni puluhan ribu orang dari
berbagai bangsa.
C. Analisis Historiografi Buku
1. Pada awal abad Masehi hubungan
antara Jawa Barat khususnya Sunda Kelapa dengan India telah terjalin. Agama
Hindupun diperkenalkan di Jawa Barat. Kontak dengan India tidak hanya karena
pedagang-pedagang Gujarat dari India yang datang tetapi orang-orang dari kerajaan di Jawa Baratpun berkunjung ke India.
Cara ini juga membawa pengaruh India atau Hindu ke Jawa Barat.
Disini
dijelaskan bahwa masuknya agama Hindu ke Jawa Barat tidak hanya dibawa oleh
orang-orang India, tetapi orang-orang
dari Kerajaan pun berkunjung ke India untuk mempelajari agama Hindu, dengan
kata lain terdapat peran orang-orang Nusantara dalam menyebarkan dan membawa
agama Hindu.
2. Sebelum masuknya unsur-unsur
kebudayaan Hindu, belum dikenal adanya Raja ataupun Kerajaan. Yang ada hanya
sebuah masyarakat dalam bentuk satu kampung atau satu desa. Kemudian beberapa
kampung atau desa membentuk sebuah persekutuan yang lebih besar sering disebut
suku atau lingkungan adat yang dikepalai
oleh seorang Kepala Suku atau
seorang Kepala Adat yang dipercaya karena mempunyai banyak pengetahuan,
pengalaman, bijaksana, gagah berani, dan mempunyai kesaktian atau memiliki
kemampuan yang luar biasa.
Diatas
dijelakan bahwa sebelum masuknya pengaruh Hindu, di Sunda Kelapa sebelumnya
telah ada sistem oraganisasi sosial yang dimana adanya Kepala Suku atau Kepala Adat yang menaungin masyarakat dalam satu
kampuang atau desa yang selanjutnyanya membuat persekutuan.
3. Pada akhir abad 15 ketika Islam melakukan
ekpansinya ke arah barat tempat ini menjadi sasaran untuk direbut. Pada saat
itu juga Sunda Kelapa dikuasai Demak dan kemudian beralih ke tangan Kesultanan
Banten yang juga beragama Islam. Ketika
VOC bercokol di tempat ini akhirnya kota pelabuhan tersebut dihancurkan,
dan ditempat ini pula VOC kemudian mendirikan pusat kegiatan dagang dengan
membangun kota baru yang diberi nama Batavia.
Pada
masa Sunda Kelapa dikuasai oleh VOC, seolah-olah VOC digambarkan kurang begitu
baik terlihat pada kalimat kedua Ketika VOC
bercokol ditempat ini bahasa yang digunakan tidak menguasai namun bercokol.
4. Secara makro, bandar Sunda Kelapa dapat dipandang sebagai sebuah
titik yang menghubungkan titik-titik lain yang lebih luas disepanjang jalur
dagang dunia. Jalur ini menghubungkan wilayah barat yang ujungnya Eropah
dan wilayah timur yang ujungnya Cina. Meskipun demikian pada dalam kenyataan
hubungan dagang yang terjadi tidak hanya melibatkan bangsa-bangsa Eropah dan
Cina saja, tetapi juga bangsa-bangsa lain yang berada disepanjang jalur
tersebut, terutama adalah bangsa Arab, Persia dan India.
Sunda
Kelapa sebagai sebuah bandar di dunia yang digambambarkan seolah-olah sebagai
tempat yang sentral dan memiliki peran yang penting dalam menghubungkan jalur
perdagangan dunia.
5. Munculnya
Tarumanegara
pada paruh kedua abad ke-15, menandai masuknya zaman baru di wilayah Jawa Barat
pada umumnya. Masa ini tidak hanya menandai awal pengenalan peradaban bacatulis, tetapi juga awal kehidupan
bernegara, yaitu tatanan masyarakat yang mengakui pengendalian terpusat sebagai
konsekuensi dari pengakuan atas kekuasaan sebagai kelompok masyarakat yang
berkuasa atas yang lain.
Hadirnya
kerajaan Tarumanegara membawa suatu dampak besar yang akhirnya menandai
peradaban bacatulis, bernegara, dan tatanan mayarakat yang lebih terpusat, dan
seolah-oleh dikuranginya peran India yang dimana bahasa yang digunakan bahasa
Sansekerta dan hurup Pallawa yang sebenarnya itu berasal dari India.
6. Sumber sejarah menyebutkan bahwa
kerajaan Sunda memiliki enam pelabuhan
yang ramai dan penting, masing-masing adalah pelabuhan Banten, Pontang,
Cigede, Tamgara, dan Cimanuk, dan Kalapa. Pelabuhan Kalapa ini yang dianggap
terpenting dapat ditempuh selama dua hari perjalanan dari ibukota kerajaan yang
disebut dengan nama Dayo. Melalui keenam
bandar tadi dilakukan hubungan perdagangan dengan negara-negara lain, SNI
II (1976; 242-3).
Sunda
Kelapa disini digambarkan sebagai suatu negara, yang telah menjalin hubungan
dagang dengan negara-negara lain, menggunakan keenam pelabuhanya.
7. Dari skripsi yang diberikan itu
menyimpulkan bahwa Sunda Kelapa mempunyai laut, yaitu teluk Jakarta yang baik
untuk memudahkan perahu-perahu merapat ke Sunda Kelapa, dan dengan demikian
sangat menguntungkan bagi pelayaran.
Di samping itu sungai ciliwung-pun merupakan suatu kemudahan bagi kebutuhan
primer perahu-perahu tersebut, yaitu mudahnya memperoleh air minum untuk bekal
dan melanjutkan pelayaran dari barat ke timur dan sebaliknya, yaitu pelayaran
dalam cabang jalur jalan sutera, dari
Asia Barat ke Asia Timur, tetapi juga dalam jalur pelayaran dari Maluku ke
Malaka dan sebaliknya.
Posisi
Sunda Kelapa digambarkan sebagai tempat merapatnya kapal-kapal dan
menguntungkan bagi pelayaran. Sunda Kelapa pun sebagai transit yang strategis
bagi pelayaran dalam cabang jalan jalur sutera, dari Asia Barat ke Asia Timur.
8.
Jalur
pelayaran yang ke China melalui kepulauan Nusantara ada dua. Yang pertama
melalui selat Malaka dan yang kedua melalui selat Sunda. Oleh sebab itu untuk
mengisi perbekalan untuk pelayaran jarak jauh, terutama perbekalan kebutuhan
primer, yaitu air, bahan makanan dan kayu api. Sunda Kelapalah merupakan tempat persinggahan yang ideal. Perkembangan
komunikasi terjadi meskipun Sunda Kelapa tidak menghasilkan lada, tetapi
hubungan yang terjalin dengan daerah Mataram, Banten, Palembang, Banjarmasin,
dan tempat-tempat lain di kepulauan Nusantara bermanfaat. Hubungan-hubungan ini
memberi peluang bagi Sunda Kelapa menjadi suatu
tempat interaksi antar tempat pertemuan berbagai bangsa. Tempat pertemuan
ini kemudian berkembang menjadi stapple
place.
Keadaan
geografis Sunda Kelapa sebagai sebagai suatu bandar yang menghubungkan atau
pertemuan berbagai bangsa, bahkan dikatakan sebagai stapple place.
9. Jenis hubungan Sunda Kelapa dengan dunia luar adalah tidak saja dalam
bidang perdagangan, tetapi juga dalam bidang agama.
Hegemoni
Sunda Kelapa yang seolah-olah sejajar dengan negara lain, memiliki hubungan
tidak hanya perdagangan namun dalam bidang agama pun Sunda Kelapa memiliki
peranan.
10. Peranan Sunda Kelapa baik sebagai pelabuhan maupun sebagai tempat pertemuan
berbagai bangsa tidak mungkin dibahas tanpa melibatkan peranan laut tanpa sarana komunikasi. Bagi kepulauan Nusantara pada
umumnya dan bagi Sunda Kelapa pada umumnya, laut merupakan faktor yang
mempengaruhi kehidupan penduduknya (Chanduri, 121).
Sunda
Kelapa disini digambarkan sebagai tempat pertemuan antar bangsa yang baik,
dipengaruhi oleh faktor internal geografisnya dimana peranan lautnya sangat
strategis sebagai sarana komunikasi.
11. Juga disebut Sunda Kelapa merupakan
pelabuhan yang diatur dengan baik sekali dan dikuasai kerajaan Hindu Pajajaran
(Meil, 133). Selain rempah-rempah dan bahan makanan, Sunda Kelapa meningkatkan
perdagangannya dengan mengadakan kontak dengan kepulauan Maldives yang terletak
di Samudera Hindia. Dari sini Sunda Kelapa mendatangkan budak untuk selanjutnya
diperdagangkan kembali. Perdagangan dengan kepulauan Maldives cukup ramai.
Sunda
Kelapa digambarkan sebagai pelabuhan yang baik sekali, dan telah mengadakan
hubungan perdagangan dengan negara lain seperti Kepulauan Maldives.
12. Akar wangi merupakan produk dari
Himalaya sekitar Kashmir, komoditi ini diekspor baik dari Bombay maupun dari
Kalkuta. Komoditi-komoditi yang diperdagangkan di Sunda Kelapa menunjukan bahwa
di Sunda Kelapa sudah mengenal berbagai barang mewah dari berbagai penjuru
dunia, merekapun sudah giat mencari peluang-peluang baru untuk mengembangkan
perdagangannya, namun mereka tidak mustahil juga, apabila mereka sudah
mempunyai kemampuan untuk menikmati kehidupan yang cukup mewah menurut ukuran
zamannya.
Digambarkan
kehidupan Sunda Kelapa pada waktu itu sudah mengenal barang mewah dari penjuru
dunia menurut ukuran zamannya, ini menunjukan bahwa bandar Sunda Kelapa banyak
dikunjungi oleh para pedagang Asing.
13. Sejak abad awal tarikh Masehi, Sunda Kelapa agaknya sudah dikenal
diberbagai penjuru dunia. Hal ini dapat dilihat dengan diterimanya agama
Hindu di pusat kerajaan dan adanya berita-berita China yang berasal dari abad
awal Masehi. Jadi pelayaran itu sudah dilakukan antara Asia Tenggara, termasuk
Sunda Kelapa.
Sunda
Kelapa merupakan bandar yang terkenal di penjuru dunia, telah ada pelayaran
antar Asia Tenggara dan termasuk didalammya Sunda Kelapa.
14. Sunda
Kelapa sebagai titik pertemuan antar bangsa
yang perlu dilihat dari sudut keletakannya. Dalam skala luas, Sunda Kelapa
terletak di daerah kepulauan di wilayah Asia Tenggara.
Dari
kalimat tersebut Sunda Kelapa digambarkan sebagai titik pertemuan antar bangsa,
dan seolah-olah memiliki peran sentral pada letaknya geografisnya.
D. Kesimpulan
Laporan
hasil penelitian yang berjudul Sunda
Kelapa sebagai Bandar di Jalur Suteta ini sesungguhnya merupakan salah satu
dari pelaksanaan proyek penelitian dengan tema “Kota-kota Bandar Sepanjang
Jalur Sutera” (Harbour Cities Along the
Silk Roads). Buku ini merupakan salah satu hasil pelaksanaan kegiatan yang
diselenggarakan oleh Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional
Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
dalam tahun 1994/1995.
Buku
ini termasuk kedalam jenis Sejarah Akademik yang dimana dalam menganalisis Bandar Sunda Kelapa
penulis mengawalinya dengan pertanyaan pokok yang merupakan rumusan masalah
dari penelitiannya. Untuk mengkaji dan menjelaskan Bandar Sunda Kelapa tersebut
Penulis menggunakan alat bantu dan teori ilmu-ilmu sosial lainya seperti ilmu
arkeologi, sejarah dan geografi. Dengan demikian model penulisan sejarah
seperti ini memperlihatkan sebagai suatu penulisan sejarah ilmiah.
Dari
hasil analisis historiografi yang telah dilakukan terhadap buku Sunda Kelapa sebagai Bandar di Jalur Sutera,
dapat disimpulkan bahwa buku ini bersifat atau menganut paham penulisan sejarah
yang Indonesiasentrisme. Didalam buku
ini banyak menampilkan peran bangsa Indonesia (Sunda Kelapa-Jawa Barat),
sebagai peran utama dalam sejarahnya. Seperti salah satunya dijelaskan bahwa
masuknya agama Hindu ke Jawa Barat tidak hanya dibawa oleh orang-orang India,
tetapi orang-orang dari Kerajaan pun
berkunjung ke India untuk mempelajari agama Hindu, dengan kata lain
terdapat peran orang-orang Nusantara dalam menyebarkan dan membawa agama Hindu.
Ini pun dipengaruhi oleh subjektifitas penulisnya yang dimana merupakan tim
yang dibentuk oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
DAFTAR PUSTAKA
Supratikno
Raharjo, dkk. 1996. Sunda Kelapa sebagai Bandar di Jalur Sutra. Laporan
Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Agus
Mulyana & Darmiasti (2009), Historiografi Di Indonesia Dari
Magis-Religius Hingga Strukturis, Bandung: Refika Utama.
SNI
(Sejarah Nasional Indonesia). Jilid II
dan III. 1976. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Guillot,
C. 1992. Perjanjian dan Masalah Perjanjian antara Portugis dan Sunda tahun
1522. Aspek-aspek Arkeologi Indonesia. No.
13 Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Meilink-Roelofsz,
M.A.P. 1969. Asian Trade and European
Influence in the Indonesian Archipelago Between 1500 and About. 1930
(Reprint) The Hague: Martinus Nijhoff.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar