Kerajaan Ternate-Tidore
oleh;
Dede Yusuf
A. Kerajaan Ternate-Tidore
Kerajaan
Ternate dan Tidore terletak di kepulauan Maluku. Maluku adalah kepualuan yang
terletak di antara Pulau Sulawesi dan Pulau Irian. Jumlah pulaunya ratusan dan
merupakan pulau yang bergunung-gunung serta keadaan tanahnya subur. Untuk menambah
pemahaman Anda tentang kepulauan Maluku, silahkan Anda amati gambar berikut ini.
Gambar; Peta Kepulauan Maluku abad 16.
(Sumber: Sejarah Nasional Jilid 1 C,
Drs. Sardiman A.M., Kendang Sari).
Keadaan
Maluku yang subur dan diliputi oleh hutan rimba, maka daerah Maluku terkenal
sebagai penghasil rempah seperti cengkeh dan pala. Cengkeh dan pala merupakan
komoditi perdagangan rempah-rempah yang terkenal pada masa itu, sehingga pada
abad 12 ketika permintaan akan rempah-rempah sangat meningkat, maka masyarakat
Maluku mulai mengusahakan perkebunan dan tidak hanya mengandalkan dari hasil
hutan. Perkebunan cengkeh banyak terdapat di Pulau Buru, Seram dan Ambon. Dalam
rangka mendapatkan rempah-rempah tersebut, banyak pedagang-pedagang yang datang
ke Kepulauan Maluku. Salah satunya adalah pedagang Islam dari Jawa Timur. Dengan
demikian melalui jalan dagang tersebut agama Islam masuk ke Maluku, khususnya
di daerah-daerah perdagangan seperti Hitu di Ambon, Ternate dan Tidore.
Selain
melalui perdagangan, penyebaran Islam di Maluku dilakukan oleh para Mubaligh (Penceramah)
dari Jawa, salah satunya Mubaligh terkenal yaitu Maulana Hussain dari Jawa
Timur yang sangat aktif menyebarkan Islam di maluku sehingga pada abad 15 Islam
sudah berkembang pesat di Maluku. Dengan berkembangnya ajaran Islam di
Kepulauan Maluku, maka rakyat Maluku baik dari kalangan atas atau rakyat umum
memeluk agama Islam, sebagai contohnya Raja Ternate yaitu Sultan Marhum, bahkan
putra mahkotanya yaitu Sultan Zaenal Abidin pernah mempelajari Islam di
Pesantren Sunan Giri, Gresik, Jawa Timur sekitar abad 15. Dengan demikian di
Maluku banyak berkembang kerajaan-kerajaan Islam. Dari sekian banyak kerajaan
Islam di Maluku, kerajaan Ternate dan Tidore merupakan dua kerajaan Islam yang
cukup menonjol peranannya, bahkan saling bersaing untuk memperebutkan hegemoni
(pengaruh) politik dan ekonomi di kawasan tersebut. Untuk menambah pemahaman
Anda tentang perkembangan kerajaan Ternate dan Tidore dalam berbagai aspek
kehidupan, maka simaklah uraian materi berikut ini.
1. Kehidupan
Politik
Kepulauan
Maluku terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di dunia. Rempah-rempah
tersebut menjadi komoditi utama dalam dunia pelayaran dan perdagangan pada abad
15 – 17. Demi kepentingan penguasaan perdagangan rempahrempah tersebut, maka
mendorong terbentuknya persekutuan daerah-daerah di Maluku Utara yang disebut
dengan Ulilima dan Ulisiwa. Ulilima berarti persekutuan
lima bersaudara yang dipimpin oleh Ternate yang terdiri dari Ternate, Obi,
Bacan, Seram dan Ambon. Sedangkan Ulisiwa adalah persekutuan sembilan bersaudara
yang terdiri dari Tidore, Makayan, Jailolo dan pulau-pulau yang terletak di kepulauan
Halmahera sampai Irian Barat. Untuk menambah pemahaman Anda tentang daerah persekutuan
Ulilima dan Ulisiwa, silahkan Anda simak gambar berikut ini.
Gambar; Persekutuan Ulilima dan
Ulisiwa.
Setelah
Anda menyimak gambar diatas, maka lanjutkan kembali menyimak uraian materi
selanjutnya. Antara persekutuan Ulilima dan Ulisiwa tersebut terjadi persaingan.
Persaingan tersebut semakin nyata setelah datangnya bangsa Barat ke Kepulauan
Maluku. Bangsa barat yang pertama kali datang adalah Portugis yang akhirnya
bersekutu dengan Ternate tahun 1512. Karena persekutuan tersebut maka Portugis
diperbolehkan mendirikan benteng di Ternate. Bangsa Barat selanjutnya yang
datang ke Maluku adalah bangsa Spanyol, sedangkan Spanyol sendiri bermusuhan
dengan Portugis. Karena itu kehadiran Spanyol di Maluku, maka ia bersekutu
dengwn Tidore. Akibat persekutuan tersebut maka persaingan antara Ternate
dengan Tidore semakin tajam, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan antara
keduanya yang melibatkan Spanyol dan Portugis. Dalam peperangan tersebut Tidore
dapat dikalahkan oleh Ternate yang dibantu oleh Portugis. Keterlibatan Spanyol
dan Portugis pada perang antara Ternate dan Tidore, pada dasarnya bermula dari
persaingan untuk mencari pusat rempah-rempah dunia sejak awal penjelajahan
samudra, sehingga sebagai akibatnya Paus turun tangan untuk membantu menyelesaikan
pertikaian tersebut. Usaha yang dilakukan Paus untuk menyelesaikan pertikaian
antara Spanyol dan Portugis adalah dengan mengeluarkan dekrit yang berjudul Inter
caetera Devinae, yang berarti Keputusan Illahi. Dekrit tersebut
ditandatangani pertama kali tahun 1494 di Thordessilas atau lebih dikenal
dengan Perjanjian Thordessilas. Dan selanjutnya setelah adanya persoalan
di Maluku maka kembali Paus mengeluarkan dekrit yang kedua yang ditandatangani
oleh Portugis dan Spanyol di Saragosa tahun 1528 atau disebut dengan Perjanjian
Saragosa.
Perjanjian
Thordessilas merupakan suatu dekrit yang menetapkan pada peta sebuah garis perbatasan
dunia yang disebut Garis Thordessilas yang membentang dari Kutub Utara ke Kutub
Selatan melalui Kepulauan Verdi di sebelah Barat benua Afrika. Wilayah di
sebelah Barat Garis Thordessilas ditetapkan sebagai wilayah Spanyol dan di
sebelah Timur sebagai wilayah Portugis. Sedangkan Perjanjian Saragosa juga
menetapkan sebuah garis baru sebagai garis batas antara kekuasaan Spanyol
dengan kekuasaan Portugis yang disebut dengan Garis Saragosa. Di mana garis tersebut
membagi dunia menjadi 2 bagian yaitu Utara dan Selatan. Bagian Utara garis
Saragosa merupakan kekuasaan Spanyol dan bagian Selatannya adalah wilayah
kekuasaan Portugis. Dari penjelasan tersebut apakah Anda sudah paham? Kalau
sudah paham simaklah uraian materi selanjutnya. Dengan adanya perjanjian
Saragosa tersebut, maka sebagai hasilnya Portugis tetap berkuasa di Maluku
sedangkan Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan perhatiannya di
Philipina. Sebagai akibat dari perjanjian Saragosa, maka Portugis semakin
leluasa dan menunjukkan keserakahannya untuk menguasai dan memonopoli
perdagangan rempahrempah di Maluku. Tindakan sewenang-wenang Portugis
menimbulkan kebencian di kalangan rakyat Ternate, bahkan bersama-sama rakyat
Tidore dan rakyat di pulau-pulau lainnya bersatu untuk melawan Portugis. Perlawanan
terhadap Portugis pertama kali dipimpin oleh Sultan Hairun dari Ternate, sehingga
perang berkobar dan benteng pertahanan Portugis dapat dikepung. Dalam keadaan
terjepit tersebut, Portugis menawarkan perundingan. Akan tetapi perundingan
tersebut merupakan siasat Portugis untuk membunuh Sultan Hairun tahun 1570. Dengan
kematian Sultan Hairun, maka rakyat Maluku semakin membenci Portugis, dan kembali
melakukan penyerangan terhadap Portugis yang dipimpin oleh Sultan Baabullah pada
tahun 1575. Perlawanan ini lebih hebat dari sebelumnya sehingga pasukan Sultan Baabullah
dapat menguasai benteng Portugis. Keberhasilan Sultan Baabullah merebut benteng
Sao Paolo mengakibatkan Portugis menyerah dan meninggalkan Maluku. Dengan demikian
Sultan Baabullah dapat menguasai sepenuhnya Maluku dan pada masa pemerintahannya
tahun 1570 – 1583 kerajaan Ternate mencapai kejayaannya karena daerah
kekuasaannya meluas terbentang antara Sulawesi sampai Irian dan Mindanau sampai
Bima, sehingga Sultan Baabullah mendapat julukan ‘Tuan dari 72 Pulau’.
Demikianlah uraian materi tentang kehidupan politik kerajaan Ternate dan
Tidore. Untuk selanjutnya Anda dapat menyimak uraian materi tentang kehidupan
ekonomi berikut ini.
2. Kehidupan
Ekonomi
Secara
geografi kerajaan Ternate dan Tidore berkembang sebagai kerajaan Maritim. Dan
hal ini juga didukung oleh keadaan kepulauan Maluku yang memiliki arti penting
sebagai penghasil utama komoditi perdagangan rempah-rempah yang sangat terkenal
pada masa itu. Dengan andalan rempah-rempah tersebut maka banyak para pedagang
baik dari dalam maupun luar Nusantara yang datang langsung untuk membeli
rempah-rempah tersebut, kemudian diperdagangkan di tempat lain. Dengan kondisi
tersebut, maka perdagangan di Maluku semakin ramai dan hal ini tentunya mendatangkan
kemakmuran bagi rakyat Maluku. Tetapi setelah adanya monopoli perdagangan oleh
Portugis maka perdagangan menjadi tidak lancar dan menimbulkan kesengsaraan
rakyat di Maluku. Dari penjelasan tersebut, apakah Anda memahami? Kalau Anda
sudah paham, simak uraian materi kehidupan sosial budaya berikut ini.
3. Kehidupan
Sosial Budaya
Dengan
berkembangnya Islam di Maluku maka banyak rakyat Maluku yang memeluk agama Islam
terutama penduduk yang tinggal di tepi pantai, sedangkan di daerah pedalaman
masih banyak yang menganut Animisme dan Dinamisme. Dengan kehadiran Portugis di
Maluku, menyebabkan agama Katholik juga tersebar di Maluku. Dengan demikian
rakyat Maluku memiliki keanekaragaman agama. Perbedaan agama tersebut
dimanfaatkan oleh Portugis untuk memancing pertentangan antara pemeluk agama.
Dan apabila pertentangan sudah terjadi maka pertentangan tersebut diperuncing
oleh campur tangan orang-orang Portugis. Dalam bidang kebudayaan yang merupakan
peninggalan kerajaan Ternate dan Tidore terlihat dari seni bangunan berupa
bangunan Masjid dan Istana Raja dan lain-lain. Untuk memperjelas pemahaman Anda
tentang salah satu bentuk bangunan tersebut, silahkan Anda amati gambar berikut ini.
Gambar; Bangunan Masjid di Maluku.