Kerajaan Gowa-Tallo
oleh;
Dede Yusuf
A. Kerajaan Gowa-Tallo
Gambar dibawah merupakan peta Sulawesi
Selatan. Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan di
antaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Untuk mengetahui letak
kerajaan-kerajaan tersebut, silahkan Anda amati gambar tersebut.
Gambar; Peta Sulawesi Selatan.
Masing-masing kerajaan tersebut
membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masingmasing. Salah satunya adalah
kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan
suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar
sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan
sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis daerah Sulawesi
Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di jalur pelayaran
(perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makasar menjadi pusat persinggahan para
pedagang baik yang berasal dari Indonesia Timur maupun yang berasal dari
Indonesia Barat. Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan Makasar
berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan
Nusantara. Maka untuk menambah pemahaman Anda tentang perkembangan kerajaan Makasar
tersebut, silahkan simak uraian materi berikut ini.
1. Kehidupan Politik
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan
dilakukan oleh Datuk Rebandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam
berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama
Islam. Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng Matoaya
(Raja Gowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah Makasar tahun 1593 –
1639 dan dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) sebagai Mangkubumi bergelar
Sultan Abdullah.
Sejak pemerintahan Sultan Alaudin
kerajaan Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada
masa pemerintahan raja Malekul Said (1639 – 1653). Selanjutnya kerajaan Makasar
mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669).
Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya
yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat
menunjang keperluan perdagangan Makasar. Perluasan daerah Makasar tersebut
sampai ke Nusa Tenggara Barat. Untuk menambah pemahaman Anda tentang daerah kekuasaan
Makasar, silahkan Anda simak gambar berikut ini.
Gambar; Kerajaan Makasar
Setelah Anda menyimak gambar tersebut, maka simaklah uraian materi selanjutnya. Dengan adanya daerah
kekuasaan Makasar yang luas tersebut, maka seluruh jalur perdagangan di Indonesia
Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti
kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang
dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara
Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya
kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara
Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan.
Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku. Dalam peperangan melawan VOC,
Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan
Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas
keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya
sebagai Ayam Jantan dari Timur.
Upaya Belanda untuk mengakhiri
peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu domba antara
Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru
Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar meminta bantuan kepada VOC
untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu
dengan VOC untuk menghancurkan Makasar. Akibat persekutuan tersebut akhirnya
Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan
Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun
1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.
Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
- VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
- Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
- Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makasar.
- Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
Walaupun perjanjian telah diadakan,
tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti
dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan
perlawanan melawan Belanda. Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda
mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai
sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya. Demikianlah
kehidupan politik tentang kerajaan Makasar. Untuk selanjutnya Anda dapat menyimak
uraian materi kehidupan ekonomi berikut ini.
2. Kehidupan Ekonomi
Seperti yang telah Anda ketahui bahwa
kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat
perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor
seperti letak yang strategis, memiliki pelabuhan yang baik serta didukung oleh
jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-pedagang
yang pindah ke Indonesia Timur. Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang
sebagai pelabuhan internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang
asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk
berdagang di Makasar. Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan
hukum niaga yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE,
sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi
teratur dan mengalami perkembangan yang pesat. Selain perdagangan, Makasar juga
mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga menguasai daerah-daerah
yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.
3. Kehidupan Sosial Budaya
Sebagai negara Maritim, maka sebagian
besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha
untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau
untuk menambah kemakmuran hidupnya. Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan
untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya
mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan
masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG.
Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut. Di samping
norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri
dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan
“Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to
Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan
golongan “Ata”. Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar
banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka
terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar
dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi
dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara. Demikianlah
uraian materi tentang kerajaan Makasar (Gowa dan Tallo).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar