Jumat, 06 Januari 2012

Kerajaan Magadha Dinasti Maurya


(http://go.grolier.com/map?id=mh00078)

1. Chandragupta Maurya ( 322-298 SM )
  • Bidang Sosial
Betapa indahnya kota Pataliputra yang terleta di tepian sungai Gangga.Bentuknya jajaran genjang, dengan ukuran sekitar 14 km masing-masing sisanya, dan dikelilingi oleh parit-parit yang dalam, yang bisa dikeringankan sewaktu-waktu, dengan cara mengalirkan airnya ke sungai pada kedua ujungnya. Dingding kota dibuat dari balok kayu yang diruncingkan ujungnya. Terdapat jembatan gantunguntuk menghubangkan bagian dalam dan luar kota, yang sewaktu-waktu dapat diangkat, terletak pada setiap gerbang bermenara yang terletak pada jarak tertentu. Kota ini dirancang dengan baik disana terdapat warung minum, rumah judi, gedung sandiwara, tempat pacuan kuda dan balai pertemuan umum. Disana juga terdapat bazar, semacam pasar besar tempat dagangan dari dalam dan luar negeri. Gambaran lain mengenai sistem transportasi pada waktu itu. Di sepanjang jalan raya pada setiap jarak tertentu didirikan tiang-tiang petunjuk jarak, juga rumah-rumah peristirahatan yang sekaligus dipergunakan sebagai pos-pos pergantian kendaraan. Gambaran mengenai sistem perdagangan pada waktu itu. Arus perdagangan antar negara amat ramai, terutama dengan Tiongkok, Yunani, Romawi, Mesopotamia. Satu hal yang mengherankan, bahwa meskipun arus perdagangan yang amat ramai, nampaknya kerajaan Maghada tidak pernah mengembangkan percetakan mata uang sendiri secara lebih teratur. Jadi mata uang yang selalu diprgunakan ialah mata uang Persia maupun Yunani. Bentuk mata uang India sendiri sangat kasar. Sistem kasta merupakan sistem pelapisan sosial yang masih dipegang kuat. Bahan pakaian utama pendudk dibuat dari kapas, dengan warna-warna yang terang. Di terik matahari mereka biasa memakai payung. Sedangkan makanan pokok meraka adalah nasi yang dibubur dengan lauk daging yang dicincang. Pada masa Chandragupta boleh dikatakan tidak terdapat kelaparan, dikrenakan sistem pengairan yang baik, sehingga tahan pertanian bisa ditanami dua kali setiap tahunnya. Dapat di simpulkan bahwa kehidupan di bidang sosial pada masa Chandragupta yaitu sudah tersusun sangat baik seperti keadaan tata kota yang sangat baik sistem transportasi yang sangat baik ditunjukan dengan adanya tiang-tiang petunjuk jarak pada setiap jarak tertentu, serta sitem perdagangan yang sangat ramai antar negara seperti, Tiongkok, Yunani, Romawi, maupun Mesopotamia. Dan sistem kasta merupakan sistem sosial yang masih dipegang kuat oleh masyarakat.
  • Bidang Kebudayaan
Dalam bidang kebudayaan disana ditemukan, adanya hiburan yang digemari oleh rakyat seperti arak-arakan maupun komidi kuda, yang di selenggarakan oleh pihak kerajaan. Demikian juga pertunjukan tari-tarian dan pantomim, yang biasa dilakukan dikampung-kampung. Dan pula ditemukan adanya sebuah olahraga atau perlombaan binatang melawan binatang dan binatang melawan manusia, yang biasanya di tonton oleh raja. Serta perlombaan kereta perang, ketangkasan menunggang kuda maupun lembu. Dan disana pun terdapat sayembara colon pengantin perempuan melalui olahraga semacam tinju. Dan dikalangan keluarga prajurit atau kaum ksatria masih , secara sukarela masih berlaku kebiasaan Sati atau membakar diri bagi janda ksatria tersebut bersama jenazah suaminya. Dapat disimpulkan di bidang kebudayaan di sana telah banyak kebudayaan yang berkembang di masyarakat, seperti arak-arakan, komidi kuda, tari-tarian, dan disana pun telah ada olahraga semacam tinju untuk memperebutkan calom pengantin perempuan.
  • Bidang Keagamaan
Di bidang keagamaan dikatakan masyarakat beragama Hindu memuja Heracles, Dionysus, maupun Zeus Ombrios. Pusat pemujaan Heracles adalah Mathura,dari sini kita dapat menduga bahwa Heracles itu Kreshna, yang lebih dikenal sebagai sais kerata perang Arjuna, dan yang sekaligus menjadi Raja di Yadava, dan tempat kelahirannya di Mathura. Sedangkan yang dimaksud dengan Dionysus boleh jadi ialah Dewa Siwa, dan Zeus ialah Dewa Indra. Dapat disimpulkan dari bidang keagamaan bahwa masyarakat pada masa Chandragupta banyak memuja Dewa, dan Dewa yang di puja adalah Dewa lokal.
  • Bidang Politik
Di bidang politik dilakukan tukar-menukar perutusan kenegaraan, pada waktu itu diutus seorang Duta Besar bernama Megastenes dikirim ke istana Pataliputra untuk bertugas selama beberapa tahun. Sistem pemerintahan kerajaan membagi kerajaan menjadi tiga propinsi, yang masing-masing dikepalai oleh raja muda, yang biasanya di jabat oleh seorang keluarga Raja. Ketiga propinsi itu masing-masing berpusat di Taksasila, Ujjain, dan Tosali. Berada langsung dibwah Raja muda adalah para komisaris bagian, yang disusul bagian lain dibwah mereka para pegawai daerah. Sistem pemerintahan pada masa Chandragupta yaitu bersifat birokratis. Dalam melaksanakan pemerintahan sehari-hari Raja dibantu oleh para Mentri, yang menjabat berbagai macam portofilio. Sementara itu pemerintahan kota dilaksanakan oleh enam badan, yang masing-masing terdiri dari lima orang anggota. Kehidupan perundang-undangan serta hukum mengatakan, mengatakan bahwa hukum dipelihara menurut tradisi lisan, karena tidak dikenal hukum tertulis. Dan ukum pidana sangat mengerikan. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kehidupan di bidang politik telah cukup baik, dengan diadakannya tukar-menukar duta besar, membagi kerajaan kedalam tiga propinsi yang masing-masing dikepalai oleh Raja muda, dan sistem pemerintahan pada waktu itu pun bersifat birokratis. Dan dalam melaksanakan pemerintahannya Raja di bantu oleh para Mentri, yang menjabat berbagai macam portofilio. Dan sistem hukum disan dikenal dengan hukum secara lisan, karena tidak adanya hukum tertulis, serta hukum pidana sangat mengerikan, ini dilakukan agar masyarakat mematuhi undang-undang yang berlaku disana.

2. Bindusara ( 298-273 SM )
  • Bidang Sosial
Dalam bidang sosial pada masa Bindusara dalam bukunya Abu Su’ud, yaitu tidak dijelaskan tentang bidang sosialnya dikarenakan kurangnya sumber berita tentang Raja ini, tetapi dapat disimpulkan bahwa dalam bidang sosialnya tidak berbeda jauh dengan masa Chandragupta, yaitu sudah tersusun sangat baik, seperti keadaan tata kota yang sangat baik, sistem transportasi yang sangat baik ditunjukan dengan adanya tiang-tiang petunjuk jarak pada setiap jarak tertentu, serta sitem perdagangan yang sangat ramai antar negara seperti, Tiongkok, Yunani, Romawi, maupun Mesopotamia. Dan sistem kasta merupakan sistem sosial yang masih dipegang kuat oleh masyarakat.
  • Bidang Kebudayaan
Sama dengan bidang sosial, di bidang kebudayaan juga pada masa Bindusara dalam bukunya Abu Su’ud, yaitu tidak dijelaskan tentang bidang kebudayaanya, dikarenakan kurangnya sumber berita tentang Raja ini. Tetapi dapat disimpulkan bahwa dalam bidang kebudayaan tidak berbeda jauh dengan masa Chandragupta, yaitu di sana telah banyak kebudayaan yang berkembang di masyarakat, seperti arak-arakan, komidi kuda, tari-tarian, dan disana pun telah ada olahraga semacam tinju untuk memperebutkan calom pengantin perempuan.
  • Bidang Keagamaan
Dalam bidang Keagamaan pada masa Bindusara dalam bukunya Abu Su’ud, yaitu tidak dijelaskan tentang bidang keagamaannya dikarenakan kurangnya sumber berita tentang Raja ini, tetapi dapat disimpulkan bahwa dalam bidang keagamaannya tidak berbeda jauh dengan masa Chandragupta, yaitu masyarakat pada masa Bindusara banyak memuja Dewa, dan Dewa yang di puja adalah Dewa lokal.
  • Bidang Politik
Di bidang politik yaitu terjalinnya hubungan diplomatik dengan beberapa negara asing, terutama dengan kerajaan Antiochia di Siria maupun Alexandria di Mesir. Semasa pemerintahannya dia dijuluki Amitraghata atau Sang Penakluk. Konon julukan ini disebutkan, karena dia berhasil menaklukan daerah-daerah baru, dan memasukannya kedalam daerah kekuasaan Maghada. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa disana telah terjalin hubungan diplomatik dengan negara asing,artinya kehidupan bidang politiknya sudah cukup baik.

3. Asoka ( 273-232 SM )
  • Bidang Sosial
Dalam bidang sosial disana didirikan tonggak-tonggak sabda Raja, juga ditanamya pohon-pohon pelindung di sepanjang jalanan umum, digalinya sumur-sumur untuk umum, dan dibangunnya rumah-rumah sakit untuk manusia maupun hewan. Lembaga-lembaga persekolahan juga banyak didirikan untuk peningkatan pendidikan rakyat, terutama yang mengajarkan agama Budha. Dan terdapat kecendrungan makin hilangnya corak hukum yang penuh kekerasan, seperti yang berlaku selama zaman Chandragupta. Serta praktik ‘’ahimsa’’dilaksanakan bagi semua makhluk hidup. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada masa pemerintahan Asoka, lebih menitikberatkan pada pelayanan terhadap rakyatnya, dibuktikan dengan di tanamnya pohon-pohon pelindung, sumur-sumur untuk umum, dibangunnya rumah sakit untuk umum maupun hewan, dan dibangunnya lembaga-lembaga pendidikan untuk rakyat. Serta Raja membangun tonggak-tonggak yang berisi tentang sabda-sabda Raja Asoka.
  • Bidang Kebudayaan
Di bidang kebudayaan tidak banyak di ceritakan tentang kebudayaan yang berkembang pada masa Asoka, disana di sebutkan bahwa sering diselenggarakan pertunjukan beraneka ragam hewan, untuk memikat hati para penggemar hewan piaraan. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sedikit kebudayaan yang berkembang pada masa Asoka.
  • Bidang Keagamaan
Di bidang keagamaan, agama yang berkembang pada masa Asoka, yaitu agama Budha, dan Sang Raja Asoka pun memeluk agama Budha, karena terpengaruh oleh kebijaksanaan seorang pendeta agama Budha termashur yang bernama Upagupta dari Mathura. Dan agama Budha pun dikembangkan keseluruh penjuru daerah kekuasaannya. Salah satu sikap positif dalam bidang keagamaan yaitu, Raja menunjukan toleransi tinggi terhadap agama yang ada. Seperti Raja menunjukan toleransi tinggi pula terhadap penganut agama Hindu, meskipun dia sendiri penganut agama Budha. Dia bahkan melindungi penganut agama Brahma, Jainisme, serta penganut aliran lainnya. Demikian pula dibangun gua-gua tempat para petapa yang telanjang dari aliran Ajivika. Dibangunnya tempat-tempat ziarah bagi tempat-tempat suci agama Budha, dan mendirikan tiang-tiang peringatan pada tempat-tempat kelahiran Budha Gautama, tempat Budha melaksanakan khotbah pertama di Taman Rusa, tempat mula pertama Budha menerima penerangan atau bodhi. Dan pada masa Asoka pun diadakannya sebuah sebuah muktamar besar agama Budha di ibu kota Pataliputra, dibawah pendeta Upagupta, yang berlangsung selama sembilan bulan. Dan menjadikan agama Budha sebagai agama resmi negara. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dibidang keagamaan sudah adanya sebuah toleransi yang tinggi, terhadap perbedaan keyakinan, dibuktikan dengan dilindunginya peganut agama Brahma, Jainisme, dan lainnya. Serta dibangun gua-gua tempat para petapa yang telanjang dari aliran Ajivika, meskipun pada waktu itu Asoka beragama Budha, tapi ia sangat menjunjung tinggi sikap toleransi terhadap agama.
  • Bidang Politik
Di bidanng politik pada masa Asoka, pada awalnya dapat dikatakan bersifat otoriter, namun lambat laun setelah Asoka memeluk agama Budha karena terpengaruh kebijaksanaan pendeta agama Budha termashur yang bernama Upagupta dari Mathura. Sejak itu berubahlah Asoka dari seorang yang kejam menjadi orang yang bijak serta belas kasihan terhadap sesama. Dan merubah politiknya menjadi Undang-undang Kasih Sayang, sebagai mana yang telah diajarkan oleh Budha. Bagi dia sekarang satu-satunya kemenangan ialah kemenangan yang dihasilkan oleh undang-undang kasih sayang. Dan sekali lagi ia menyatakan ‘’penaklukan menurut hukum merupakan satu-satunyapenaklukan yang penuh kenikmatan.’’ Dan Asoka raja pertama di dunia yang terang-terangan mengutuk peperangan sebagai alat politik yang kejam. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, sitem politik Asoka yang berawal dari bisa dikatakan otoriter berubah menjadi Undang-undang Kasih Sayang setelah memeluk agama Budha, dan setelah itu Asoka menjadi bijak dan belas kasihan terhadap sesama.

4. Dasaratha ( 232-185 SM )

Pada masa pemerintahan Dasaratha, dalam bukunya Abu Su’ud yaitu tidak di jelaskan mengenai bidang sosialnya, bidang kebudayaannya, bidang keagamaannya, dan bidang politiknya. Disana dituliskan penjelasan, bahwa cucunya hampir dapat memenuhi harapan kakeknya ketika memerintah Maghada, namun nasib buruk kemudian mengakhiri pemerintahannya, yaitu sebuah komplotan yang dihasut oleh para Brahmana telah mengakhiri riwayat Dasaratha, yang merupakan Raja terakhir dari dinasti Maurya.




Sumber Buku ; Memahami Sejarah Bangsa-bangsa di Asia Selatan ( Abu Su’ud )
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar